Koleksi warna yang didapat mengungkapkan informasi tentang bagian-bagian yang berbeda di sekitar matahari, yang terus berubah. Dari temuan ini, para ilmuwan mengetahui seberapa banyak material yang bergerak di sekitar pusat tata surya itu.
Ada dua cara teleskop surya ini mengumpulkan informasi terkait cahaya yang dipancarkan matahari. Pertama, spektrometer, yang dapat mengamati panjang gelombang cahaya sekaligus mencatat grafik, untuk memberikan gambaran komposit rentang temperatur di dalam material sekitar matahari.
Sementara itu, instrumen lain dapat mengambil foto dari matahari itu sendiri, berupa cahaya dalam satu panjang gelombang tertentu yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Misalnya, alat mutakhir bernama Atmospheric Imaging Assembly (AIA) ini mampu mengamati cahaya dalam 10 gelombang cahaya yang berbeda. Masing-masing gelombang dari atmosfer matahari itu akan dipilah menjadi beberapa bagian tertentu untuk diteliti lebih dalam.
Dilansir Space, 27 Januari 2013, NASA memaparkan rincian dari gelombang cahaya yang berhasil ditangkap, diukur dalam satuan Angstrom (satu Angstrom sama dengan 10 juta kilometer). Berikut rincinannya:
4500: Permukaan matahari atau fotosfer
1700: Permukaan matahari dan kromosfer, lapisan atmosfer matahari tepat di atas fotosfer
1600: Campuran antara fotosfer atas dan daerah transisi, yaitu daerah di antara kromosfer dan lapisan luar atmosfer matahari yang disebut korona
304: Cahaya dari kromosfer dan wilayah transisi
171: Korona ketika tenang, serta busur magnetik yang dikenal sebagai putaran-putaran korona
193: Wilayah korona yang sedikit lebih panas, dan materi yang jauh lebih panas dari bintik api
211: Wilayah mangnetis aktif yang lebih panas di dalam korona
335: Juga merupakan wilayah magnetis aktif panas di dalam korona
94: Wilayah korona saat terjadi suar surya
131: Materi terpanas dalam suar surya.
blogger-botter.blogspot.com