Setiap orang cenderung menonjolkan kemampuan terbaik yang dimiliki saat sedang wawancara kerja. Dengan melakukan hal ini, Anda berharap bisa diterima bekerja di perusahaan yang Anda tuju. Hanya saja, menunjukkan kerja keras dan kemampuan terbaik saja ternyata belum cukup untuk diterima bekerja.
Penelitian terbaru yang dilakukan Northwestern University mengungkapkan, saat merekrut karyawan baru, seorang bos ternyata tidak terlalu fokus untuk mencari seorang pekerja keras, melainkan calon karyawan yang bisa menjadi teman.
"Tentu saja, perusahaan ingin punya karyawan yang pandai. Tetapi ketimbang mencari karyawan yang hebat, seorang bos lebih ingin punya karyawan yang bisa menjadi teman atau mungkin kekasih," ungkap Laura Rivera, salah satu penulis studi.
Penelitian yang dimuat dalam American Sociological Review ini dilakukan dengan metode wawancara terhadap 120 profesional yang bekerja di bidang ekonomi, firma hukum, dan konsultasi manajemen. Hasilnya, lebih dari 50 persen orang memilih calon karyawan yang lebih bersahabat ketimbang calon karyawan yang pandai. Kenyamanan yang didapat dari karakter yang bersahabat tersebut kemudian dikombinasikan dengan keterampilan kognitif dan teknis yang dimiliki untuk mendukung pekerjaannya.
Evaluasi wawancara kerja juga didasarkan pada kesamaan visi dan misi perusahaan, latar belakang pendidikan, dan presentasi diri. Menurut Rivera, hal ini bukan berarti perusahaan tidak mempekerjakan orang yang berkualitas. Hanya saja, lebih sulit menemukan rekan kerja yang bisa betul-betul mampu menjadi "rekan" dalam bekerja ketimbang menemukan pekerja yang pandai.
Alasan lain mengapa atasan cenderung mencari karyawan yang mudah berteman adanya ketakutan bahwa suatu saat nanti posisi mereka akan digantikan dengan karyawan baru yang lebih pandai ini.