Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Gemmar Mengaji) diyakini bisa menjadi solusi maraknya tawuran pelajar dan mahasiswa di Indonesia. Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan, para ahli saat ini tengah mencari-cari bahwa pendidikan karakter ditanamkan dilembaga pendidikan untuk mengantisipasi hal tersebut.
"Tapi saya berfikir, kenapa susah-susah karena ibu bapak dan nenek-nenek kita sudah mewariskan budaya yang luar biasa yaitu Maghrib mengaji," terangnya saat memberikan sambutan deklarasi Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Gemmar Mengaji) di Kota Yogyakarta
Kebiasaan ini menurutnya, sekarang mulai hilang karena banyaknya tayangan televisi yang bagus-bagus namun tidak memiliki nilai edukasi. Itu yang kemudian mengikis keimanan dan mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Karenanya Maghrib Mengaji merupakan solusi bagi pendidikan karakter anak-anak. Pasalnya pendidikan karakter paling bagus adalah di rumah. Melalui gerakan ini pihaknya optimis tawuran pelajar dan narkoba bisa diminimalisir.
Diakuinya, gerakan Maghrib Mengaji ini banyak keuntungannya. Pertama ada komunikasi antara orangtua dan anak, mencegah anak-anak untuk tidak menonton televisi dan mencegah mereka keluar malam. Dengan begitu hal ini akan mencegah kejahatan di malam hari.
Deklarasi Gemmar Mengaji ini dihadiri sekitar 4.000 santri dari 350 taman pendidikan alqur"an (TPA) di Kota Yogyakarta. Deklarasi yang diprakarsai Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta ini juga diikuti dengan sholat Maghrib berjamaah di Masjid Pangeran Diponegoro kompleks Balai Kota Yogyakarta. Ribuan santri dan ustaz/ustazah yang hadir kemudian tadarus alqur"an bersama di masjid tersebut hingga Isya" tiba.
Sumber