Beranda » Suatu Saat Di Camp Pasukan Romawi

Suatu Saat Di Camp Pasukan Romawi



[imagetag]



Perang Yarmuk baru saja usai dengan kemenangan gilang gemilang tentara Islam melawan Romawi. Saat itu tentara Islam berjumlah 40.000 orang dimana romawi berjumlah 240.000.

Sebelumnya kekuatan dunia ada pada dua Negara superpower, yakni Persia dan Romawi. Persia baru saja berhasil dibebaskan melalui panglima besar Islam, Khalid bin Walid

Maharaja Hercules (Heracles) menyambut kepulangan tentaranya dengan murka. Ia merasa sangat malu.

"Kalian adalah tentara yang tidak berguna! Bagaimana kalian bisa dikalahkan oleh tentara islam? Bukankah mereka seperti kamu juga, berasal dari golongan manusia?"

Marahnya tidak tertahankan. Kekalahan itu membuat dirinya malu. Hatinya sangat sakit ketika tentara Romawi kalah di tangan tentara Islam. Karena ia berpikir bahwa tentara Islam tidak memiliki kelebihan apapun. Tentara Islam tidak sebanding dengan tentaranya. Namun yang pasti adalah tentara Islam itu berhasil mengalahkan tentaranya!

"Benar Tuanku" Jawab Vartanius, pengganti Jenderal Theodore (adik dari Heracles) yang terbunuh oleh Khalid bin Walid ra. Dia terlihat sedikit takut dengan kemarahan yang terlihat jelas di wajah Maharaja Heracles.

"Pasukan mana yang lebih banyak diantara kalian?" Tanya Maharaja Hercules lagi. Kemarahannya semakin memuncak.

"Jumlah kami lebih banyak dari mereka" jawab Vartanius sambil menundukan kepalanya. Dia benar-benar takut untuk menyatakan kebenaran. Namun itulah kenyataannya. Dia sendiri heran bagaimana tentara Islam yang sedikit itu mampu mengalahkan mereka yang jumlahnya lebih banyak.

"Tentara Islam benar-benar hebat!" Dalam diam Vartanius mengakui kebenaran itu.

"Senjata siapa yang lebih hebat dan banyak?" Maharaja Hercules terus bertanya. Perasaan kesalnya memuncak, apalagi setelah mengetahui jumlah tentaranya lebih besar, berhasil dikalahkan oleh tentara Islam yang lebih kecil jumlahnya.

"Senjata kami lebih banyak dan hebat" Jawab Vartanius. Saat itu bahkan Romawi menurunkan pasukan gajahnya.

Suaranya yang bergetar ketakutan jelas terdengar. Dia benar-benar takut apa yang dikatakannya bias menambah kemarahan Maharaja Hercules

"Bagaimana kalian bisa kalah?" teriak Maharaja Hercules

Suaranya bergema. Tubuh panglima Vartanius terdorong ke belakang. Hatinya seperti mau luruh!

Vartanius hanya diam. Dia tidak berani lagi membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Maharaja Hercules. Kedua bibirnya bagai terkunci rapat. Tubuhnya mulai dibanjiri keringat.

"Adikku, panglima Theodore turut terbunuh. Tentara kita banyak yang mati. Kita dikalahkan tentara Islam. Mengapa semua ini bisa terjadi?" Tanya Maharaja Hercules lagi.

Perasaan kecewa mulai menyelinap ketika teringat adiknya yang mati. Hatinya juga sakit ketika mengenang kekalahan yang mengorbankan banyak tentaranya. Dia mengeluh dengan kuat.

"Mengapa semua ini terjadi?" jeritnya lagi

Tidak ada seorang pun yang berani menjawab pertanyaannya. Panglima Vartanius juga tidak mampu memberikan alasan. Untuk menatap wajah Maharaja Hercules pun ia tidak berani karena kemarahan yang terlihat di wajahnya.

Tiba-tiba berdiri seorang tentara yang paling tua

"Tuanku, tentara kita berperang dengan suatu kaum yang berpuasa pada siang hari dan beramal ibadah pada waktu malam. Mereka berpegang teguh pada janji, saling berkasih sayang sesame mereka bagaikan saudara. Mereka senantiasa mengerjakan kebaikan dan tidak melakukan kemungkaran." Dia berkata dengan jujur

"Sedangkan tentara kita suka minum arak, melakukan zina, selalu ingkar janji, suka berbuat jahat, dan melakukan kezaliman. Karena itulah kita kalah" Dia menguatkan diri agar dapat mengatakan hal itu di hadapan Maharaja Hercules. Walaupun sedikit gemetar karena ketakutan, tetapi dia dapat menjelaskan keadaan yang sebenarnya dengan baik.

Maharaja Hercules diam. Dalam hatinya, dia mengakui kebenaran kata-kata lelaki tua itu.

"Dari awal saya ingin berdamai, tetapi kalian bersikeras ingin berperang dengan mereka! Inilah balasannya!" Begitu kata Maharaja Hercules

Referensi : Khalid bin Walid, pedang Allah yang terhunus karya Abdul latip Talib.

Sumber

ceritakaskus.blogspot.com